Sabtu, 24 Oktober 2015

Bulbus Okuli



ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
BULBUS OKULI
  
BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Mata adalah bagian yang sangat penting, karena merupakan salah satu dari panca indera manusia. Mata dapat berfungsi dengan baik apabila ada cahaya. Dengan adanya cahaya ini maka mata akan dapat melihat dengan baik. Bila di dalam kegelapan maka mata tidak mampu melihat benda dikarenakan tidak ada cahaya yang masuk. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak.
  
B.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui anatomi bulbus okuli.
2.    Untuk mengetahui fisiologi organ bulbus okuli.
3.    Kondisi patologi/ kelainan pada bulbus okuli.

C.  Manfaat
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai anatomi, fisiologi, dan kondisi patologi organ bulbus okuli.

BAB II
BULBUS OKULI

Bulbus okuli (bola mata) terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas dua lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
A.    Selubung Bulbus Okuli
Selubung bulbus okuli terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
1. Tunika Fibrosa
Tunika fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea.
Picture1

a.    Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Sklera menutupi 4/5 permukaan belakang okuli, dengan permukaaan depan dibatasi kornea dan belakang oleh n .optikus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus.
scan0014

b.    Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada lengkungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550  di pusatnya (terdapat variasi menurut ras), diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior kornea memiliki lima lapisan yang berbeda-beda. Lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisa epitel konjungiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran descement, dan lapisan endotel.
Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma yang berubah. Stroma kornea menyusun 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250  dan 1-2  yang mencakup hampir seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea, dan karena ukuran dan kerpatannya menjadi jernih secara optis. Lamella terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan terhidrasi bersama keratosit yang menghasilkan kolagen da zat dasar. Membran descement, yang merupakan lamella basalis endotel kornea, memilki tampilan yang homogen dengan mikroskop cahaya tapi tampak belapis-lapis dengan mikroskop elektron akibat perbedaan struktur antara bagian pra dan pascanasalnya. Saat lahir, tebalnya sekitar 3  dan terus menebal selam ahidup, mencapai 10-12 . Endotel hanya mempunyai satu lapis sel, tetapi lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, dengan sedikit pembelahan sel. Kegagalan fungsi endotel akan menimbulkan edema kornea.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat sebagian oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea disebabkan oleh struktutrnya yang seragam, avaskularitas, dan deturgensinya.
2.    Tunika Vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan: koroid, korpus siliaris, dan iris.
a.    Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah karoid dikenal dengan kariokapilaris. Darah dari pembuluh karoid dialirkan melalui empat vena verticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak diantara  koroid dan sklera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior, koroid bergabung dengan korpuds siliaris. Kumpulan darah koroid mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya.
b.    Korpus siliaris
Korpus siliaris, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus siliaris berasal dari pars plicata. Processus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan veba yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Kapiler-kapilernya besar dan berlubang-lubang sehingga membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena.
Ada dua lapisan epitel siliaris, yaitu satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior, dan satu lapisan berpigmen di luar yang merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina. processus siliaris dan epitel siliaris pembungkusya berfungsi sebagai pembentuk aquos humor.
c.    Iris
Iris atau selaput pelangi adalah daerah berbentuk gelang pada mata yang dibatasi oleh pupil dan sklera (bagian putih dari mata). Tekstur visual dari selaput pelangi dibentuk selama perkembangan janin dan menstabilkan diri sepanjang dua tahun pertama dari kehidupan janin. Tekstur selaput pelangi yang kompleks membawa informasi sangat unik dan bermanfaat untuk pengenalan pribadi. Kecepatan dan ketelitian dari sistem pengenalan berbasis Iris sangat menjanjikan dan sangat memungkinkan untuk digunakan pada sistem identifikasi berskala besar. Masing-masing selaput pelangi adalah unik dan seperti sidik jari, tekstur selaput pelangi dari kembar identik adalah berbeda. Tekstur dari selaput pelangi sangat sulit untuk dirusak melalui pembedahan. Kelemahan dari pengenalan dengan selaput pelangi adalah alat untuk akuisisi data relatif mahal, karena alat akuisisi harus menjamin kenyamanan pengguna dalam memakainya.


d.   https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSgd3lJRQs5ooJ1xY-ijLtzAoxASJIMX_iSYCyjB3B4aU13Pv47Tunica sensoria (retina) https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQcewwriUsVuxDPM5uueD-TAyfq6KSi-Pz3xN1s34_V29oVy0Y4 
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
  
B.  Isi Bulbus Okuli
1.    Humor Aqueousus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC1IH1hgdfyZwgCjOZLM3GUlx2DiXxBlV83fmuGCTuOweQnk7pFfqN9BzjddVONzZNQunWcvVGCyF0SPOfkD070KgbYFxKd0j8e_2T3XhNfVmrHJJ9JqdqkgVkbvPCT-vUJa4Pix_gE5Iv/s320/aqueous-humor2.jpg
Aquous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya sekitar 250 , dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal adalah 2,5/menit. Tekanan osmotiknya sediki lebih tinggi dari plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Aquous humor diproduksi oleh corpus ciliare.
2.    Lensa Crystalina
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna yang mempunyai kekuatan refraksi lensa 20 Dioptri. Tebalnnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris. Zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat aquous humor sedangkan di sebelah posteriornya terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel(sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
Di sebelah depan terdapat epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat supepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Gais-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula(zonula zinnii) yang tersusun atas banyak fibril. Fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
65% persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan-jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.asam okrobat dab glutation terdapat daklam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.
http://www.uveitis.org/images/Uvea1x3.jpg
3.    Corpus vitreum




Corpus vitreus berbentuk bulat (mirip agar—agar) yang memiliki karakteristik tidak berwarna, transparan, mengisi ruang antara lensa mata dan retina ke arah belakang mata,  permukaan anteriornya agak cekung, mengisi dua pertiga dari permukaan mata. Vitreous diproduksi oleh beberapa sel selaput jala. Komposisinya hampir sama dengan kornea tetapi hanya memiliki sangat sedikit sel (kebanyakan fagosit yang menghilangkan serpihan sel dalam area visual), tanpa pembuluh darah maupun saraf, volumenya terdiri atas agar-agar dan air yang tinggi (98-99)% dengan garam, gula, vitrosin serta rangkaian kolagen dan asam hialuronat sekitar (1-2)%. Jaringan serabut kolagen dengan molekul-molekul asam hialuronat membuat badan kaca lentur. Serabut-serabut kolagen (serat-serat protein yang berasal dari tropokolagen yang membentuk serabut-serabut bercabang yang merupakan bangunan kerangka badan kaca di dalamnya terhadap asam hialuronat. Asam hialuronat berfungsi untuk menentukan kapasitas ikatan air, bertindak sebagai substansi perekat dengan sel-sel mirip makrofag yang memberikan kelenturan cairan badan kaca.
Yang tampak begitu mengagumkan dari vitreous adalah meskipun ia hanya memiliki sangat sedikit zat yang padat, ia dapat menahan mata. Disisi lain, lensa mata terikat erat dengan sel. Meski demikian vitreous memiliki kekentalan dua sampai empat kali kekentalan air murni. Vitreous juga memiliki indeks bias 1.336. 
      
BAB III
FISIOLOGI BULBUS OKULI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFWcyRVFZmJdv4P6Xcsc7fI323vQeBIWDh0wapGq_oHsT7CSwqK2DJWKAT2sWFXv_SguzEwhhjS6bECsSwH_UIPcOFWwZSMb_xPvHwgGYVz0vAQ-27urgNFZ69mLzTREt2isA8qyCvp1AJ/s400/eye+anatomy.jpg

A.  Sklera
Sklera berfungsi untuk melindungi struktur mata yang sangat halus dari melekatnya otot bola mata.
B.  Kornea
Fisiologi dan resistensi kornea terhadap infeksi
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui oleh berkas cahaya saaat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avascular, dan deturgesens. Deturgesens atau keaadaan dehidrasi relatif jaringan korne, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada dalam mekanisme dehidrasi, dan kerusakan pada endotel jauh lebih serius dibandingkan kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan, yang cenderung bertahan lama karena terbatasnya potensi perbaikan fungsi endotel. Kerusakan pada epitel biasanya hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang dengan regenerasi sel-sel epitel yang cepat. Penguapan air dari film air mata prakornea menyebabkan film air mata menjadi hipertonik; proses tersebuat dan penguapan faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.
Penetrasi obat melalui kornea yang utuh menjadi secara bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut-air dapat melalui stroma utuh. Jadi agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak sekaligus larut-air.
C.  Koroid
Koroid yaitu jaringan pembuluh darah yang sangat kompleks di lapisan mata bagian tengah. Koroid memberikan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh komponen-komponen bagian dalam mata.
D.  Korpus siliaris
Korpus siliaris berfungsi menyokong lensa, memungkinkan lensa berubah bentuk, pupil berkontraksi karena kontraksi otot sirkuler pada korpus siliaris, serta mensekresikan humor berair.
E.   Iris
Fungsi Iris sebagai diagfragma optik mata dan mengelilingi pupil sehingga merupakan pintu gerbang penglihatan
F.   retina
Retina bertugas untuk menangkap sinar cahaya yang masuk ke mata. Impuls cahaya tersebut kemudian dikirim ke otak untuk diproses, melalui saraf optik.
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Mata berfungsi suatu alat optik, suatu reseptor yang kompleks, dan suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut mengubah ransangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan oksipital.
Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut meningkat di makula (fovea), semakin berkurang ke perifer, dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat-serat saraf yang keluar, sedangkan di retina perifer, sejumlah fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama. Fovea berperan dalam resolusi spasial (ketajaman penglihtan) dan penlglihatan warna yang baik, keduanya memerlukan pencahayaan yang terang( penglihatan fotopik) dan paling baik di foveola; sementara retina sisanya terutama digunakan untuk penglihatan gerak, kontras, dan penglihatan malam (skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rhodopsin, suatu pigmen penglihatan yang fotosensitif dan terbenam di dalam diskus bermembran ganda pada fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas dua komponen, sebuah protein opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam rhodopsin adalah stocopsin, yang terbentuk dari heliks transmembran. Opsin tersebut mengeliling kromofornya, retinal, yang merupakan turunan dari vitamin A. Saat rhodopsin menyerap foton cahaya, 11-cis-retinal akan mengalami proses isomerisasi menjadi all-trans-retinal dan akhirnya menjadi all-trans-retinol. Perubahan bentuk itu akan mencetuskan terbentuknya kaskade penghantar kedua (secondary messsenger cascade). Puncak arbsorbsi cahaya oleh rhodopsin terjadi pada panjang gelombang 500 nm, yang merupakan daerah biru-hijau pada spektrum warna. Penelitian-penelitian sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut memperlihatkan puncak absorbsi panjang gelombang, berturut=turut unutuk sel kerucut sensitif-biru, -hijau, dan –merah pada 430, 450, dan 575 nm. Fotoigmen sel kerucut terdiri atas 11-cis-retinalyang terikat pada protein opsin dan scotopsin.
Penglihatan stocopik seliruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang. Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terliihat beragam corak abu-abu, tetapi warna—warnanya tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi penuh terhadap cahaya, sensitivitas spektrum retina bergeser dari puncak dominasi rhodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu objek akan berwarna apabila objek tersebut secara selektif memantulkanatau menyalurkan sinar dengan panjang gelombang tertentu dalam kisaran spektrum warna tampak (400-700) nm. Penglihatan siang hari (fotopik) terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala (mesofik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang, sedangkan malam (skotopik) oleh fotoreseptor batang.
Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina,yang berperan penting dalam proses penglihatan. Pigmen ini berperan penting dalam fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina. Membran basalis sel-sel epitel pigmen retina membentuk lapisan dalam membran Bruch, yang juga tersusun atas matriks ektraseluler khusus dan membran basalis koriokapilaris sebagai lapisan luarnya. Sel-sel epitel pigmen retina mempunyai kemampuan terbatas dalam melakukan regenerasi.
G.  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTFa8g4EgFBPUiKG7jnmx2ErRW9Q04Mz3ckpgWiwdkdW5tuU_ISiMd3d1jQbmEWMqBS1yfqoWFPZ1iu_y6K9vPIHnXBJKM2QHXkGknMOFWUEtJ2gDWap5G6rD9K9X4fvCl0OvJjSUcJX3i/s400/Sirkulasi+aquos+humour.pngHumor Aqueousus


Humor aqueous banyak sekali fungsi, antara lain :
1.    Menjaga tekanan intraocular dan memompa bola mata.
2.    Menyediakan nutrisi (seperti asam amino, gkukosa) untuk selaput pembuluh darah serta kornea, jaringan Trabekular, lensa mata serta jaringan Vitreous.
3.    Menyalurkan Vitamin C sebagai anti oksidan.
4.    Sebagai antibodi melawan patogen.
5.    Sebagai pompa bagi kornea untuk mengembang untuk meningkatkan perlindungan dari debu, udara, serbuk dan beberapa patogen. dan
6.    Sebagai indek bias.
7.    pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea
8.    mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada lensa dan kornea
H.  Lensa Crystalina
Lensa mata atau biasa disebut kristalin adalah bagian mata yang terletak di belakang pupil mata yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Lensa didukung oleh otot yang disebut muskulus siliaris (otot daging yang melingkar). Apabila otot ini berkontraksi akan terjadi perubahan ukuran lensa. Kemampuan lensa mata ini dinamakan daya akomodasi.
I.     Corpus vitreum
Adapun fungsi dari corpus vitreus adalah:
1.    Refraksi dari cahaya konvergen atau menyebarkan melalui vitreus ke arah retina
2.    Mempertahankan bentuk dari bola mata
3.    Penyangga, yaitu melindungi retina dari tekanan luar, juga terhadap gel-gel kejut akibat gerakan bola mata
4.    Jembatan memindahkan metabolik segmen anterior dan posterior.
 
BAB IV
KONDISI PATOLOGI/ KELAINAN PADA MEDIA REFRAKSI

Adapun kelainan yang dapat terjadi pada media refraksi adalah sebagai berikut:
A.  Dalam usia perkembangan embrio, sklera terbentuk dari puncak saraf. Pada anak-anak, sklera berbentuk sangat tipis dan terlihat warna kebiruan pada dasar pigmen. kemudian saat menginjak usia yang semakin tua, tumpukan lemak pada sklera dapat membuatnya terlihat sedikit kuning.
Radang Mata | Dokter Mata Jakarta | Rumah Sakit Mata

Skleritis (Peradangan Sklera) adalah peradangan pada Sklera (lapisan putih dibawah konjungtiva) Gejala yang dirasakan adalah mata merah dan sakit yang hebat serta buram. Kelainan ini berhubungan dengan kelainan sistemik sehingga dokter akan memeriksa darah dan rontgen untuk mencari penyebab. Pengobatan yang diberikan anti inflamasi atau immunosuppressive / cytotoxic agent.
B.  Astigmatisme
http://onclinic.wordpress.com/files/2009/02/opto_astig.gif
Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.
Bola mata dalam keadaan normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata). Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.
http://onclinic.wordpress.com/files/2009/02/astigmatismus_fr_gr.jpg

Astigmatisme umumnya diturunkan dan sering muncul sejak anak anak. Selain itu, astigmatisme juga bisa disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca yang buruk dan kebiasaan menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu dekat.
Penderita astigmatisme yang belum diobati akan sering mengeluh sakit kepala, kelelahan pada mata dan kabur saat melihat benda berjarak dekat maupun jauh. Jika mengalami gejala tersebut dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya anda segera ke dokter mata untuk melihat kemungkinan terjadinya astigmatisme.
Hampir semua derajat astigmatisme dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Pada penderita derajat ringan bahkan tidak memerlukan koreksi sama sekali selama astigmatisme itu tidak disertai dengan rabun jauh atau rabun dekat.
Kaca mata untuk penderita astigmatisme menggunakan lensa silinder. Pilihan lain untuk mengobati astigmatisme adalah dengan operasi, namun tindakan ini sangat terggantung dari kondisi pasien. Operasi dilakukan dengan menggunakan laser untuk memperbaiki lengkung kornea.
C.  Glaukoma
Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan. Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.
http://www.oocities.org/infokeben/images/katara4.jpg
D.  Katarak
Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak.
Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. 
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.
Sayangnya, Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 3—5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan peng­lihatannya.
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak bayi lahir dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Jenis katarak ini sangat jarang terjadi.
2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
·       Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
·       Peka terhadap sinar atau cahaya.
·       Dapat melihat dobel pada satu mata.
·       Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
·       Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
·       Faktor keturunan.
·       Cacat bawaan sejak lahir.
·       Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
·       Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
·       Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
·       Operasi mata sebelumnya.
·       Trauma (kecelakaan) pada mata. 
·        Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
E.   Ablasio Retina
Ablasio Retina adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.
F.   Ulkus kornea
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis.
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus biasanya terbentuk akibat; infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).
Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko  terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak.
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian  selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.  Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.
Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.  Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.  Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata.
Ulkus kornea ada beberapa jenis, yaitu:
1. Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian antibiotika  yang sesuai dan sikloplegik.  Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S pneumonia. Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia.
a) Ulkus kornea sentral dengan hipopion
tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletek di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Hipopion biasanya (tidak selalu) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang ulkus sentral kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membran descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungi.
b)   Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial.
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai. Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime.
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea  sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai. Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.
c)    Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme. Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.
1)   Ulkus kornea akibat jamur (fungi)
Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini.
Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas. 
d) Ulkus Kornea Virus
1) Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Keratitis ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.
Herpes simpleks primer pada mata jarang ditemukan dan bermanifestasi sebagai blefarokonjungtivitis vesikuler kadang-kadang mengenai kornea dan umumnya terdapat pada anak-anak muda. Terapi anti virus topikal dapat dipakai untuk profilaksis agar kornea tidak terkena dan sebagai terapi untuk penyakit kornea.
Gejala pertama umumnya iritasi, fotofobia dan berair-air. Bila kornea bagian pusat terkena terjadi sedikit gangguan penglihatan. Lesi paling khas adalah ulus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea, memiliki bulbus terminalis pada ujungnya. Ulkus geografik adalah sebentuk penyakit dendritik menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih lebar. Tepian ulkus tidak kabur. Sensasi kornea menurun. Lesi epitelial kornea lain yang dapat ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial “blotchy”, keratitis stelata dan keratitis filamentosa.

2)   Keratitis Virus Varicella-Zoster
Infeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer (varicella) dan rekurens (zoster). Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella namun sering pada zoster oftalmik. Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang umumnya hanya mengenai epitel, keratitis VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya. Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV. Kekeruhan stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel. Kehilangan sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak sembuh. Acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan hasil baik untuk mengobati herpes zoster oftalmik. Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder.
B. Ulkus Kornea Perifer
1. Ulkus Dan Infiltrat Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis stafilokokus. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan mengurangi gejala. Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.
2. Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus ini termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut.

Untuk melakukan diagnosis bisanya dilakukan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata, yaitu:
§ Ketajaman penglihatan
§ Tes refraksi
§ Pemeriksaan slit-lamp
§ Keratometri (pengukuran kornea)
§ Respon refleks pupil
§ Goresan ulkus untuk analisis atau kultur
§ Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
BAB V
RINGKASAN

Bulbus okuli (bola mata) tersusun atas selubung dan isi. Selubung okuli terdiri atas tunika fibrosa, tunika vascilosa, dan tunika nervosa. Tunika fibrosa meliputi sklera dan kornea. Tunika vasculosa meliputi koroid, korpus siliaris, dan iris. Sedangkan tunika nervosa yaitu retina. Isi bulbus okuli meliputi humor aqueousus,lensa crystalina, dan korpus vitreum. Bagian-bagian tersebut saling bekerja sama dalam proses penglihatan sehingga kita bisa melihat benda-benda di sekitar kita.
Adapun kelainan yang dapat terjadi pada media refraksi baik disebabkan oleh virus, fungi, pertambahan usia maupun kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik antara lain: Skleritis (Peradangan Sklera) astigmatisme, glaukoma, katarak, ablasio kornea, dan ulkus kornea.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Eva, Paul Riordan dan Whitcher, John P. 2010. Oftalmologi Umum. Ed.17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.